Seri Mind Therapy : Terapi Cermin

Seri Mind Therapy : Terapi Cermin

Wuiihhh .. siapa yang nggak tahu cermin, pasti pada umumnya setiap hari kita berhubungan dengan benda ini. Coba kita mengingat-ingat apa yang sudah kita lakukan di saat kita bercermin.

Biasanya kita akan mencari hal-hal yang kurang di diri kita yang tampak di cermin dan mencoba untuk memperbaikinya. Apakah kita sudah puas setelah itu ???
Mungkin saja jawabannya akan berbeda-beda, .. dan tidak perlu saling mempermasalahkan itu .. karena lebih penting hanya kita yang tahu dan peduli akan jawaban itu untuk diri sendiri.

Satu hal yang bisa kita coba, terapi dengan cermin :

Pada saat bercermin cobalah untuk mengamati bagian tubuh yang menjadi kebanggaan kita sebagai anugrah Tuhan YME, boleh jadi mata, bulu mata, alis, lesung pipit, hidup, bibir, dsb. perhatikan dengan tenang dan panjatkan puji syukur ke Tuhan, dengan tulus. Berterima kasih kepada NYA, seberapa sering selama ini kita melakukannya ???

Setelah itu arahkan perhatian kepada bagian tubuh yang kita kurang merasa sreg .. kalau saja ..

Amati dengan tenang .. dan mulailah berdialog dengan diri sendiri - dengan Tuhan .. mulailah proses menerima .. sebagai bagian dari diri kita ..
sebagai pemberian Tuhan YME.

Proses menerima ini tidak semudah proses yang pertama, yaitu bersyukur akan kelebihan kita.

Lakukan dengan sabar, perlahan .. sampai terjadi sinkronisasi antara pikiran dengan hati.

Tidak perlu dipaksakan menerima, biarkan semuanya mengalir sendiri, mungkin perlu waktu berkali-kali, berhari-hari sampai ditahap penerimaan ini.
Bahkan mungkin diawal kita terima .. bahwa kita masih belum menerima .. ucapkan saja itu dengan jujur dalam pikiran & hati kita ..

Tapi disinilah kenikmatan yang luarbiasa akan kita dapatkan.
Serangkaian dialog panjang akan terjadi dialam diri kita.

Disaat kita sudah bisa menerima, maka ucapkan dalam hati kita bahwa kita mencintai anugrah amanat Tuhan ini.

Apa kegunaan dari proses terapi cermin ini ???

Bila ingin tahu asinnya air laut, maka cobalah ..

Salam Bahagia,

Alfriz Hendrawan